Beranda | Artikel
Larangan Keras Menerima Perkataan Orang Yang Mengadu-Domba
Kamis, 18 Juli 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Larangan Keras Menerima Perkataan Orang Yang Mengadu-Domba merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dalam pembahasan Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala (tamannya orang-orang yang berakal dan tamasyanya orang-orang yang mempunyai keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad ibnu Hibban al-Busty Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 1 Ramadhan 1440 H / 06 Mei 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Sifat Orang Yang Mulia dan Orang Yang Hina

Kajian Tentang Larangan Keras Menerima Perkataan Orang Yang Mengadu-Domba

Di sini beliau akan membawakan hadits dari Hudzaifah -semoga Allah meridhainya-, bahwa adalah seorang laki-laki mengadu-domba. Maka Hudzaifah Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ

“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu-domba.”

Mengadu domba ini misalnya seseorang mendatangi si A untuk menjelek-jelekkan si B, lalu datang ke si B untuk menyampakain ucapan si A kepada si B. Sehingga akhirnya terjadilah permusuhan antara si A dan si B.

Berkata Abu Hatim bahwa kewajiban para manusia semuanya adalah menjauhi pemikiran tentang sebab yang akan menjerumuskan kepada permusuhan diantara manusia. Dan berusaha untuk memecah-belah kalimat mereka.

Maka tidak boleh seorang pun berpikir bagaimana caranya supaya manusia atau lawan atau siapapun yang selama mereka merupakan kaum muslimin -di mana mereka adalah manusia-manusia yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-, bahkan kepada seluruh manusia pun tidak diperbolehkan. Baik dia seorang muslim ataupun diluar Islam. Tidak diperbolehkan untuk mengadu-domba di antara mereka.

Maka dari itulah, mengadu-domba adalah merupakan sifat tercela, sifat orang-orang yang ingin berbuat kerusakan di muka bumi, sifat orang-orang yang dia suka sekali melihat apabila saudaranya bermusuhan. Karena dari itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengancam dengan ancaman yang berat (tidak masuk surga).

Orang yang berakal tidak akan tenggelam berpikir dalam perkara tersebut. Karena terkadang semuanya dari pikiran. Ketika kita memikirkan tentang kejelekan Si Fulan, terkadang ada pikiran-pikiran yang buruk untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan jangan menerima orang yang datang kepada kita dan menceritakan tentang keburukan orang lain yang tujuannya tentu untuk mengadu-domba antara kita dengan dia. Karena kita tahu bagaimana perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang yang mengadu-domba dan demikian pula akibat buruknya setelah itu. Kewajiban kita adalah untuk menolak kalau ada orang yang datang kepada kita dan mengatakan Si Fulan begini, begini, begini, begini, tidak usah kita dengarkan. Sehingga kita menutup pintu adu-domba dan diadu-domba tentunya.

Al-Kuraizy berkata bahwa siapa yang suka mengadu-domba, tidak aman dari bisanya terhadap teman-temannya. Artinya kalau kita tahu ada orang yang pekerjaannya suka mengadu-domba, tugas kita menjauhinya. Karena orang ini seperti kala jengking ataupun ular yang memiliki bisa. Kalau ternyata dia bisa mengadu-domba orang lain, dia bisa mengadu-domba teman-temannya sendiri.

Maka kalau kita tahu orang ini suka mengadu-domba, kita tinggalkan dia, tidak perlu kita jadikan dia sebagai teman kita.

Seperti banjir yang tiba-tiba datang di waktu malam, tidak tahu dari mana ia datangnya. Artinya kalau kita punya teman seperti itu, terkadang kita tidak tahu, tahu-tahu kita sudah terpengaruh oleh ucapan-ucapannya tersebut. Akhirnya kita memusuhi sebagian saudara-saudara kita.

Kewajiban orang yang berakal untuk tidak mendengarkan ucapan pengadu domba. Namun kita berusaha untuk palingkan seluruhnya kepada kebaikan.

Kalau ada orang -misalnya- datang kepada kita lalu menyebutkan tentang kejelekan si Fulan, maka kita katakan kepada dia, “Kamu itu sebetulnya pengadu-domba. Kamu ingin menjelek-jelekkan dia di depan saya. Apa kamu tidak tahu itu ghibah? Apakah kamu tidak tahu dengan pekerjaan dan perbuatan seperti itu berakibat kamu terancam masuk neraka?” Maka kita nasehati dia, kita berbuat baik kepada dia. Yaitu dengan cara apa mengingatkan bahwa itu adalah perbuatan yang tidak benar.

Dan jangan sampai keluar sikap-sikap kepada perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh orang yang berakal. Karena orang yang berakal tidak mau dijadikan domba yang diadu. Orang yang berakal adalah orang yang cerdas bahwa orang yang ingin mengadu-domba ini sebetulnya melakukan perbuatan yang tidak baik.

Maka ketika ia menerima pengaduan tentang orang lain yang akibatnya bermusuhan, berarti itu merusak akal. Karena orang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain, biasanya tujuan terbesarnya adalah orang yang sedang diadukan. Dia berusaha bagaimana supaya orang yang dikabarkan ini betul-betul mempercayainya. Tentu hal ini akan menyebabkan akhirnya panaslah hatinya.

Makanya ketika kita merasa kesal, ketika kita mendengar ada si A menjelek-jelekkan si B, si A datang kepada kita dan menjelek-jelekkan si B dan mengatakan bahwa si B menjelek-jelekkan si A. Pasti yang terjadi kita geram. Disaat kita geram itulah, kita marah kepada dia. Disaat kita geram itulah, sering kali akal kita tidak berfungsi. Karena akal bisa tidak berfungsi saat emosi meledak. Banyak orang di saat emosi meledak, akalnya tidak berfungsi. Maka di saat itu kita harus berhati-hati. Tetap kita menggunakan akal pikiran kita yang jernih. Jangan sampai terpancing. Kita harus langsung menyadari bahwa ini perbuatan pengadu-domba. Ini adalah perbuatan orang yang ingin merusak hubungan.

Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-11:35

Download Kajian Tentang Larangan Keras Menerima Perkataan Orang Yang Mengadu-Domba


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47380-larangan-keras-menerima-perkataan-orang-yang-mengadu-domba/